Noorhalis Majid : "Preman Jadi Bupati dan Bupati Preman"


(Ambin Demokrasi)

Banjarmasin, derapjurnalis@gmail.com-Teman Saya bercerita, ada Preman jadi Bupati, ada pula Bupati yang jadi Preman. Dia bertanya, mana yang lebih parah di antara keduanya? Yang pasti keduanya memberi dampak sangat besar bagi Warga yang dipimpinnya. 

Preman jadi Bupati adalah hak, tidak ada halangan atau pun larangan. Dalam alam demokrasi, asal memenuhi syarat dan terpilih dalam Pemilu, segalanya mungkin saja terjadi. Boleh jadi sang Preman yang terpilih seketika taubat, kemudian menjadi Bupati yang baik, sukses memimpin Warga mewujudkan kesejahteraan bersama. 

Namun tentu ada dampaknya, karena preman sukses dengan mudah jadi Bupati, akhirnya Orang Tua dan Anak-anak tidak punya gairah untuk Sekolah. Hilang motivasi dan semangat dalam menuntut ilmu. Sirna gairah dan kompetisi untuk masuk Sekolah dan Perguruan Tinggi Ternama. Muncul anggapan, tidak perlu Sekolah tinggi, cukup bisa baca tulis, Preman saja asal punya duit, dapat jadi Bupati kok. Justru yang pintar, yang sekolahnya tinggi, jadi Kacung - hanya jadi Pesuruh Bupati. Lantas untuk apa sekolah tinggi, kalau preman saja bisa jadi Bupati?

Hilangnya gairah dan semangat untuk sekolah serta menuntut ilmu, bukan perkara sederhana. Dampaknya sangat luas pada kemajuan kualitas Anak Bangsa. Bayangkan, kalau anggapan tidak perlu Sekolah tinggi menjadi pendapat yang jamak bagi sebagian Warga, pasti merosot kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pasti Sekolah dan pendidikan kehilangan motivasi. Karena Preman menjadi role model dalam mencapai kesuksesan. 

Lantas bagaimana kalau Bupati Preman? Kerjanya pasti menerabas segala ketentuan. Mending kalau penerabasan tersebut dalam rangka mereformasi dan mewujudkan kesejahteraan bersama. Tapi bila untuk memperkaya diri sendiri, justru berbahaya - merugikan Warga dan Daerah. 

Bupati Preman, tidak akan peduli pada ketentuan dan larangan. “Kayuh dan Hayuk” seleranya sendiri. Mungkin lebih parah dari “Bagong Jadi Raja”, yang berlaku sesuka hati, seolah dapat berbuat dan bertindak seenaknya.

Bupati Preman, pasti tidak peduli pada pendidikan, termasuk pada pentingnya membenahi Sekolah, sistem pendidikan serta literasi pengetahuan. Baginya, Sekolah dan pendidikan, adalah wahana proyek bancakan agar bisa dikorupsi.  Pemerintahan yang Bupatinya Preman, akan menggalang Para Garong, Maling dan Rampok untuk melahap apapun yang bisa dibantas. 

Pemimpin, cermin dari Rakyatnya. Kalau ingin mendapat Pemimpin yang baik, Rakyatnya juga harus baik, cerdas, sadar dan berpengetahuan. Syaratnya tentu saja pendidikan, Sekolah dan menggali pengetahuan sebanyak dan seluas mungkin, serta melek terhadap politik.

Lebih baru Lebih lama