Banjarmasin, derapjurnalis.com
Norhalis Majid mengungkapkan, Kami kehilangan sosok kritis yang mau mendampingi serta senantiasa membimbing Anak-anak Muda, untuk memahami berbagai isu politik, demokrasi, ketatanegaraan dan berbagai isu lainnya.
"Sosok sederhana yang mau bergaul dengan siapapun tanpa pernah memilih. Sosok yang dihormati di Kalangan Senior karena konsistensinya dalam keilmuan, sikap dan posisi. Menjadi panutan Anak-anak Muda, karena terus kreatif, rajin dan bahkan tekun menelorkan gagasan-gagasan baru, sebagai perangsang untuk berpikir dan berdiskusi."
Kita semua kehilangan Beliau, bahkan Kalimantan Selatan kehilangan Beliau. Banyak sekali jasa Beliau, terutama dalam bidang hukum, kepemiluan dan demokrasi. Beliau tekun mengawal Pemilu yang jujur, adil, partisipatif, baik melalui tulisan-tulisan yang Beliau sebar di berbagai Media, ataupun pernyataan-pernyataan dalam berbagai diskusi dan acara resmi. Beliau sangat marah kalau ada yang menghianati demokrasi, bahkan sangat tegas untuk melawannya.
"Bagi kami, sulit mencari sosok seperti Beliau. Apalagi di Kalangan Akademisi, tidak banyak, bahkan sangat sedikit ada Tokoh seperti Beliau. Yang konsisten dengan idealisme, dengan pemikiran dan pandangan yang berpihak pada keadilan, kebenaran dan keberpihakan pada kelompok yang dikalahkan. Pikiran Beliau jernih, tidak mudah diintervensi kepentingan."
Seorang yang teguh, tidak mudah goyah. Seorang yang setia kawan, dan mendengarkan pendapat serta pandangan kawan bicaranya, walaupun berbeda.
Pengalamannya yang sangat banyak dan luas, membuat Beliau sangat dewasa menyikapi berbagai pemikiran dan pandangan yang berbeda.
"Sekali lagi, Kami Forum Ambin Demokrasi, sangat kehilangan sosok Beliau. Sosok yang tak tergantikan oleh siapapun. Selamat jalan DR Mohammad Effendy, SH, MH. Semoga dikumpulkan bersama orang-orang yang dimuliakan Allah. Aamiin."
Ini salah satu Tulisan Almarhum yang sangat berkesan
Sebegitu Pentingkah Baju Seragam Untuk Dosen?
Oleh: Dr. Mohammad Effendy SH MH
Pakar hukum ULM (Forum Ambin Demokrasi)
Kampus sejak dulu diidolakan sebagai
Pionir Pembaharuan bagi Bangsanya,
sehingga Kampus harus menjadi kompas
yang dapat memandu menuju cita-cita suci Para Pendiri Bangsa.
Oleh karena itulah segenap Civitas
Akademika harus berperan dan terlibat
dalam proses pengelolaan negeri ini.
Para akademisi harus dapat menangkap
dan merasakan denyut nadi rakyat yang
menderita akibat kebijakan pengelola
negara yang tidak banyak berpihak kepada
Mereka.
Beberapa dekade yang lalu Para Akademisi pernah melontarkan kritikan tajam terhadap kebijakan Pemerintah Daerah yang mewajibkan Pegawainya termasuk Para Guru agar menggunakan baju seragam yang berbeda untuk setiap harinya.
Mereka mengutip satu pendapat bahwa
Pemimpin yang hanya fokus pada hal-hal
kecil seperti mengatur baju seragam adalah ciri pemimpin yang tidak memiliki visi besar dalam kepemimpinannya.
Apalagi jika praktik di lapangan
masing-masing Atasan memberi skoring
penilaian terhadap disiplin dalam pekerjaan hanya ditujukan kepada apakah Mereka mentaati memakai baju seragam,
menggunakan atribut tanda pengenal serta presensi kehadiran.
Atasan tersebut melupakan bahwa skoring
yang paling utama adalah seberapa tinggi
nilai kinerja yang dihasilkan dalam
pelaksanaan tugas, kewajiban serta fungsi
Pekerja tersebut.
Instansi pelayanan publik misalnya,
penilaian kinerjanya harus diarahkan pada;
apakah terjadi penurunan tingkat keluhan
Masyarakat terhadap Instansi tersebut.
Apabila keluhan Masyarakat makin tinggi,
maka kinerja Instansi pelayanan publik
dimaksud dapat dianggap buruk dan gagal
dalam melaksanakan visi dan misinya.
Sebaliknya jika keluhan Masyarakat makin
rendah, maka Instansi pelayanan publik
dimaksud telah berhasil melaksanakan
tugasnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, tanpa
diduga Para Akademisi yang bersuara
lantang terebut harus menelan pil pahit.
Sebab, kewajiban memakai baju seragam
lengkap dengan atribut tanda pengenal
mulai diberlakukan di Kampus tempat
Mereka mengabdikan diri.
Para Petinggi Kampus mulai menyusun
bagaimana menerapkan aturan tersebut
agar ditaati dengan sepenuh hati.
Sebagaimana kekhawatiran yang
terjadi dalam Jajaran Birokrasi, apakah Petinggi Kampus juga nantinya hanya terfokus setiap harinya hanya untuk memelototi
para Dosen apakah memakai baju seragam dan menggunakan atribut tanda pengenalnya. Kemudian melupakan tugas utama seorang Dosen yang harus dapat memberikan pencerahan keilmuan kepada Mahasiswanya.
Lupa mendorong Dosen bagaimana agar presentasi bahan kuliah yang disampaikan telah menggunakan referensi terkini sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
serta teori dan paradigma baru yang
begitu cepat perubahannya. Lebih parah lagi jika ikut terlupakan nilai-nilai filosofi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dosen berkewajiban membimbing dan mengarahkan Mahasiswanya agar memiliki semangat tinggi untuk menimba ilmu yang nantinya dapat diabdikan mereka untuk membangun kehidupan Masyarakat yang lebih
baik dan lebih berkeadilan.
Tri Dharma Perguruan Tinggi juga mendorong agar Kampus dapat melahirkan konsep dan
temuan-temuan baru melalui riset yang berkualitas serta kemudian dipublikasikan agar mendapat respon sebagai upaya memperkuat
bobot hasil penelitian tersebut.
Kampus tidak boleh menjadi "Menara Gading" ujar Orang Tua Kita dulu sebagai peringatan kepada Warganya agar Mereka tidak boleh
terpisah dengan kehidupan Masyarakat di sekitarnya. Para Akademisi yang sudah dilatih
dan ditempa dengan berbagai
kemampuan berpikir secara keilmuan harus berada di garda depan untuk memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang
menimpa dan dihadapi oleh Bangsa
ini. Mereka tidak boleh berdiam diri jika
menyaksikan adanya praktek ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.
Tentu saja uraian kekhawatiran di atas dapat dibantah dengan gaya seorang pemikir cerdas bahwa menggunakan baju seragam tidak
akan mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi mereka sebagai Pendidik.
Akan tetapi yang perlu diingatkan
adalah agar jangan sampai penilaian
kinerja sebagai Dosen lebih
mengutamakan kedisiplinan Mereka
dalam memakai baju seragam dan atribut tanda pengenal serta memajang fotonya tersebut di Media Sosial - selamat memakai baju baru. (jejakrekam.com).
Penulis: Pakar hukum ULM (Forum Ambin Demokrasi)
Tags
headline