Noorhalis Majid : "Porprov Kalsel; Kalau Ingin Juara Umum, Jadilah Tuan Rumah"



Banjarmasin, derapjurnalis.com       (Ambin Demokrasi)

Pembicaraan di “getek” (di pinggiran), bernada satir. “Kalau ingin Juara Umum Porprov Kalsel, jadilah Tuan Rumah”. Kalau bukan tuan rumah, sekali pun sekampung banyaknya jumlah atlit yang dikirim untuk bertanding, tidak bakal menjadi Juara Umum. 

Pernyataan tersebut sepintas sederhana, tapi sesungguhnya mengandung kekecewaan dan bahkan amarah. Karena jangan berharap Porprov menjadi ajang unjuk sportivitas. Jangan bermimpi menjadi arena pengujian bibit dan kader atlit, agar terus bertumbuh dan berkembang. Sebab, faktanya tidak semua pertandingan berjalan secara sportif, nyatanya sportivitas harus bernegosiasi dan menyesuaikan dan bahkan tunduk pada skenario dan harapan Tuan Rumah. 

Jual beli Pemain, skenario dan rekayasa pertandingan, menjadi isu busuk, bahan tertawaan serta candaan dalam mengamati perhelatan Porprov Kalsel.

Coba saja nalar secara sederhana, tahun 2022 HSS Juara Umum dengan perolehan 251 medali. Sekarang jauh “tajun ciruk” di peringkat 10 dengan hanya memperoleh 31 emas, 33 perak dan 49 perunggu, total 113 medali. Tanah Laut empat tahun lalu berada di peringkat 3 dengan perolehan 193 medali, seketika melonjak menjadi peringkat pertama, memperoleh 278 emas, 142 perak dan 176 perunggu, total perolehan medalinya 596. 

Dengan gambaran tersebut di atas, tidak salah kalau muncul nada satir, “kalau ingin Juara Umum, jadilah Tuan Rumah”.  Sebab, kalau empat tahun lalu perolehan HSS disebabkan karena pembinaan dan upaya yang sangat serius dalam memajukan olahraga di daerahnya, paling tidak pada Porprov 2025 ini, akan bertahan pada peringkat 2 atau 3.   Dan nanti kita buktikan empat tahun lagi di HSU, apakah perolehan Tanah Laut akan tetap bombastis hingga mencapai 596 medali, atau juga terpuruk berada di peringkat bawah? 

Atlit manakah yang berpotensi dibeli, ditarik dan digoda untuk berpindah-pindah? Tentu saja atlit dari Banjarmasin. Sebab, segala pusat pelatihan semua cabang olahraga, berpusat di Banjarmasin. Sehingga wajar saja memiliki persediaan atlit yang lebih banyak dari Daerah lain. 

Lantas, kenapa atlit dari Banjarmasin mau? Jawabnya sederhana, selain karena kebutuhan akan perolehan bonus, juga minimnya perhatian dari Banjarmasin terhadap Atletnya. Kalau bonus dan perhatian yang diberikan oleh Banjarmasin sama hebatnya seperti yang diberikan Tuan Rumah, maka tidak akan terjadi jual beli dan perpindahan Atlet. Atlet pasti setia dengan Daerah masing-masing.*****


Semoga saja tidak terjadi “pembelian” atlit dari luar daerah Kalimantan Selatan. Sebab kalau itu terjadi, sama sekali tidak memberi manfaat bagi Kalimantan Selatan. Karena tidak ada dampak dan pengaruh apapun bagi pemajuan olahraga di daerah.


Dan seandainya perhelatan Porprov dipercepat 2 tahun sekali dengan cara dan aturan yang lebih sportif, pasti akan lebih berdampak pada pemajuan olahraga, mengingat usia atlit yang sangat pendek, sehingga menunggu 4 tahun terasa terlalu lama. 

Lebih baru Lebih lama