Banjarbaru, derapjurnalis.com – Jajaran Korps PMII Putri (KOPRI) PC PMII Kota Banjarbaru menggelar audiensi resmi dengan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Banjarbaru, Rizana Mirza, di Ruang Tamu Walikota.
Audiensi ini didasari keprihatinan mendalam KOPRI atas tiga isu sosial mendesak: peningkatan kasus HIV/AIDS, maraknya pelecehan seksual, dan pernikahan dini. Dalam Press Release yang diterima Kamis (20/11/2025) disebutkan, Audiensi ini turut dihadiri perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APMP2KB).
Ketua KOPRI Banjarbaru, Wahyuni, memaparkan temuan mereka yang mengkhawatirkan. "Tujuan dari audiensi kami di sini adalah menyampaikan keresahan kami semua, bapak, ibu di lingkungan masyarakat," ujar Wahyuni.
KOPRI menyoroti data Banjarbaru menempati peringkat kedua kasus HIV tertinggi di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data yang dipaparkan, temuan kasus kumulatif telah mencapai 688 kasus.
"Yang lebih memilukan, 99 kasus di antaranya telah berakhir dengan kematian (meninggal dunia)," lanjut pemaparan tersebut, merujuk pada data Dinkes.
Perwakilan Dinkes, menjelaskan bahwa tidak semua pasien positif HIV/AIDS merupakan warga asli Banjarbaru. "Memang ada sebagian dari luar wilayah Banjarbaru, dan diobati juga di Banjarbaru," jelas Faizah
Dinkes menambahkan, tingginya temuan kasus juga menunjukkan keberhasilan deteksi dini yang gencar dilakukan. Pihak pemerintah pun menjamin pengobatan bagi pasien HIV/AIDS dilakukan secara gratis.
Selain kasus HIV/AIDS, KOPRI juga menyuarakan keresahan atas maraknya pelecehan dan kekerasan seksual yang membutuhkan penanganan serius. Menanggapi hal ini, Asisten I Rizana Mirza mengakui isu tersebut adalah masalah serius yang dipengaruhi kompleksitas sosial dan media.
Rizana Mirza menyoroti fakta yang sangat memprihatinkan bahwa pelaku kejahatan seksual seringkali berasal dari lingkaran terdekat korban. "Kadang-kadang dari berbagai (kasus) yang ada itu bahkan orang terdekat, keluarga terdekat," ungkap Rizana. Ia menambahkan, korban anak seringkali sulit atau takut untuk mengungkapkan tindakan yang mereka alami.
Sebagai tindak lanjut, Ketua KOPRI Wahyuni mengungkapkan bahwa mereka telah merancang program aksi nyata. Mereka akan mengadakan pelatihan bela diri khusus bagi anak-anak di panti asuhan sebagai langkah preventif.
"Karena, kalau bukan diri mereka yang melindungi, siapa lagi Bapak, Ibu?" tegasnya, menekankan pentingnya pertahanan diri.
Audiensi ini diharapkan menjadi langkah awal kolaborasi strategis antara KOPRI PMII dan Pemkot Banjarbaru untuk merumuskan kebijakan serta program preventif yang lebih konkret.*****
