Politik, “WASI BAIK KADA BATAGAR”

PERBUATAN baik yang kerap dilakukan, akan dikenang dan dipuji selamanya. 

Apalagi perbuatan baik tersebut menimbulkan kesan yang sangat dalam, tentu sulit terhapus dalam ingatan, akan diingat sepanjang hayat, itulah yang dimaksud wasi baik kada batagar.

Besi yang baik, tidak berkarat, Hanya besi jelek yang mudah berkarat. Perumpamaan ini dipinjam, mengilustrasikan satu perbuatan baik yang membekas, tidak meninggalkan kesan buruk. Justru menjadi kenangan baik yang tidak pernah dilupakan.

Begitu juga dalam politik, bila ada politisi yang mampu meninggalkan kenangan baik selama menjabat. Memberi legacy atau warisan yang baik, pasti hal itu akan selalu dikenang. Bahkan dikenang selamanya. 

Apapun posisinya, apalagi berkedudukan tinggi, sangat baik kalau mampu meninggalkan legacy yang bisa dikenang. Bukankah kemanfaatan seseorang, dapat dilihat dari apa yang sudah ditinggalkan. Bila banyak legacynya, berarti semakin bermanfaat orang tersebut.
  
Sebaliknya, bila yang ditinggalkan kesan buruk dan jahat, mengingat namanya saja orang malas. Tidak dapat menjadi contoh atau tauladan. 

Legacy tidak saja dalam bentuk fisik. Non fisik seperti nilai-nilai, etik, moral, kedisiplinan, juga akan dikenang. Seperti para tokoh besar, dimana nilai, etik dan moralnya menjadi contoh yang terus ditiru hingga saat ini.

Melalui ungkapan ini, kebudayaan Banjar mengilustrasikan pentingnya legacy dengan sederhana, tapi memberi pelajaran sangat berkesan, bahwa kalau memang baik, akan dikenang sebagai baik pula. Tidak ada yang sia-sia dalam perbuatan baik. Mungkin hari ini tidak banyak yang mengapresiasi, tapi besok lusa atau kemudian hari, saat sudah tidak ada lagi, akan banyak yang mengenang perbuatan baik tersebut.
 
Macan mati meninggal belang, manusia mati meninggalkan nama. Kalau baik, maka segala yang ditinggalkan juga akan baik. Jangan risau, wasi baik, pasti kada batagar.[Junaidi]
Lebih baru Lebih lama