Ditengah meningkatnya tantangan moral dan degradasi karakter pada Peserta Didik, berbagai Sekolah di Indonesia mulai menghidupkan gerakan baru bertajuk “Sekolah Berhati.”
Gerakan ini menekankan pembentukan akhlak melalui kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten, seperti memberi salam, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, dan saling membantu tanpa diminta.
Nilai-nilai dasar gerakan ini kejujuran, kepedulian, kesantunan, dan tanggung jawab diintegrasikan langsung ke dalam kegiatan sehari-hari Sekolah, bukan hanya melalui mata pelajaran Agama, tetapi melalui seluruh budaya Sekolah.
Kepala Sekolah menyampaikan, program ini lahir dari kesadaran bahwa perubahan besar justru dimulai dari hal sederhana.
“Kami ingin mengajarkan bahwa satu salam, satu senyuman, dan satu bantuan kecil adalah wujud akhlak yang bernilai. Kebaikan kecil itu meninggalkan kesan besar,” ujarnya.
Gerakan ini berlandaskan pada hadis Nabi Muhammad SAW, salah satunya sabda Beliau :
“Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apapun, meskipun hanya dengan bertemu Saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim).
Dalam konteks pendidikan karakter, hadis ini dipahami sebagai dorongan agar Guru dan Siswa membangun kebiasaan kebaikan kecil sebagai bagian dari pembentukan akhlak jangka panjang.
Untuk memperkuat landasan keilmuan program ini, Dosen Hadis, Dr. Nur Hidayat, M.Ag, menilai, inisiatif “Sekolah Berhati” selaras dengan misi kerasulan Nabi.
“Dalam hadis, Rasulullah mengajarkan, akhlak itu tumbuh dari pembiasaan. Bukan hanya dari pengetahuan, tetapi dari tindakan-tindakan kecil yang konsisten,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Hadis tentang tidak meremehkan kebaikan kecil menjadi prinsip penting dalam pendidikan. Sekolah yang membangun karakter lewat kebiasaan sederhana sejatinya sedang melanjutkan misi Nabi : menyempurnakan akhlak Manusia.”
Selain itu, hadis lain yang menjadi kompas gerakan ini adalah sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bukhari).
Menurut Dr. Nur Hidayat, hadis ini menegaskan, pendidikan karakter bukan sekadar program tambahan, melainkan inti dari proses pendidikan itu sendiri.
Gerakan “Sekolah Berhati” mendapat apresiasi dari Orang Tua, Wali Murid yang mengaku merasakan perubahan pada Anaknya.
“Ia jadi lebih ringan tangan membantu dan lebih sopan dalam berbicara. Perubahannya terlihat justru dari hal-hal kecil di rumah,” ungkapnya.
Dengan dukungan Guru, Orang Tua, dan pendekatan yang berbasis pada teladan Rasulullah SAW, gerakan “Sekolah Berhati” diharapkan dapat menjadi model Nasional dalam pendidikan karakter. Langkah kecil yang dilakukan secara konsisten diyakini mampu mencetak Generasi yang lembut hatinya, kuat akhlaknya, dan beradab dalam berinteraksi.
Gerakan ini membuktikan, membentuk karakter tidak selalu membutuhkan program besar, cukup hati yang tulus, kebiasaan kecil, dan keteladanan yang terus dijaga.*
Dosen : Dr. Nur Hidayat M.Ag
Mahasiswa: Preti Ifrigil Firginia S.Pd

