Banjar, derapjurnalis.com - Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Kalimantan Selatan sukses menggelar Forum Diskusi Perdana bertajuk Taswirul Afkar Vol. I dengan tema “Banua Dalam Persimpangan: Tambang, Ekologi dan Etika Sosial”, Jumat (20/6/2025) siang, bertempat di Teras Gubuk Sekretariat PW GP Ansor Kalsel, Komplek Arwana Residen, Martapura.
Forum ini menghadirkan ruang dialektika yang mempertemukan beragam pemikiran dari Aktivis Lingkungan, Akademisi, Politisi Muda, hingga Cendekiawan Muslim.
Tujuannya membedah arah pembangunan Kalimantan Selatan yang saat ini berada pada titik kritis antara eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) dan tuntutan pelestarian lingkungan hidup.
Rektor UNU Kalimantan Selatan (UNUKASE) yang direncanakan hadir sebagai pemantik, berhalangan karena agenda Kampus. Rektor mendelegasikan peran tersebut kepada Wakil Rektor III, Dr. Ir. Murjani, S.P., S.I.Kom., M.S., I.P.M. Seorang Aktivis Lingkungan Senior sekaligus Mantan Pengurus WALHI Kalsel.
Dalam pemaparannya, Dr. Murjani menekankan pentingnya peran Perguruan Tinggi dalam isu keberlanjutan.
“Kampus tidak hanya melahirkan Sarjana, tetapi juga Agen Perubahan yang peka terhadap ketimpangan sosial dan kerusakan lingkungan. Ini adalah panggilan moral,” tegasnya.
Ketua PW GP Ansor Kalsel 2024–2028, Gusti Taufik Hidayat, membuka diskusi dengan menyatakan bahwa Taswirul Afkar bentuk ikhtiar GP Ansor menghidupkan kembali tradisi berpikir kritis dan progresif di kalangan Kader Muda dan Warga Nahdliyin.
“Dalam situasi Banua yang penuh tantangan, kita butuh ruang-ruang pemikiran yang jernih dan bertanggung jawab,” ujarnya.
Diskusi kian dinamis dengan kehadiran tiga narasumber utama, yaitu : Raden Rafiq Sepdian Fadel Wibisono (Direktur Eksekutif WALHI Kalsel) yang mengkritisi keras dampak destruktif industri ekstraktif di Kalsel.
“Banjir, krisis air, dan kerusakan wilayah adat menunjukkan bahwa pembangunan Kita tidak berpihak pada Rakyat maupun lingkungan,” ungkapnya.
Sedangkan Fahrani (Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi dan Bisnis, BUMA) menyoroti pentingnya peningkatan kapasitas Kader Muda untuk terlibat aktif dalam industri strategis.
“Jangan hanya jadi Penonton. Dengan pengelolaan yang tepat, tambang bisa memberi manfaat dan mengurangi risiko kerusakan,” katanya.
Sementara itu, Khairullah Zainuddin, Dewan Penasehat Cendekiawan Muslim, menyampaikan pandangan dari perspektif Etika Islam.
"Dalam Islam, Manusia adalah Khalifah di Bumi. Merusak lingkungan berarti mengkhianati Amanah Ilahi dan melanggar etika sosial," ungkapnya.
Muhammad Ramli Jauhari (Sekretaris PW GP Ansor Kalsel) selaku MC sekaligus Perancang Konsep Acara menekankan, Taswirul Afkar disusun dengan pendekatan sederhana namun berdaya jangkau luas.
Taswirul Afkar atau Peta Pemikiran, Kami konsep dengan mengedepankan Value dari Forum itu sendiri, yaitu dengan semangat "memperoleh banyak dari yang sedikit/sederhana." GP Ansor mencoba mengambil peran sebagai jembatan atas regulasi dari Pengampu Kebijakan yang selama ini hanya antara Eksekutif dan Legislatif. Kedepan, hasil rangkuman setiap volume Kami dorong agar menjadi poin-poin rekomendasi, dengan harapan dapat dijadikan pedoman oleh Multipihak dalam menunjang kepentingan yang mereka butuhkan,” pungkasnya.
Diskusi yang berlangsung sejak pukul 14.00 hingga 17.00 WITA , disambut antusias oleh Kader GP Ansor, Akademisi, Mahasiswa, dan Aktivis Lingkungan. Forum ini tidak hanya menjadi ruang bertukar pikiran, tapi juga ajang refleksi bersama atas arah masa depan Kalimantan Selatan yang lebih adil, lestari, dan beretika.
Taswirul Afkar Vol. I menandai langkah awal membangun jembatan antara Ilmu Pengetahuan, Aktivisme, dan Kebijakan dalam menjawab persoalan kompleks Banua—mewujudkan keadilan ekologis dan sosial di tengah arus pembangunan yang tidak selalu berpihak pada keberlanjutan. (Humas UNUKASE/mpd)