Banjarmasin, derapjurnalis.com
(Ambin Demokrasi)
Kedatangan Maman Abdurrahman, Menteri UMKM ke KPK dalam rangka memberikan klarifikasi langsung terkait isu seputar istrinya yang melakukan perjalanan ke luar negeri dan difasilitasi oleh Negara, merupakan bentuk pertanggungjawaban seorang Pejabat dan komitmen integritas yang tinggi.
Setidaknya klarifikasi yang disampaikan langsung kepada KPK, suatu pertanggungjawaban Seorang Pejabat atas tindakannya, baik yang benar-benar dilakukan ataupun yang tidak dilakukan tetapi disangkakan kepadanya. Tujuannya agar dapat ditelaah secara komprehensif. Bila ternyata hanya sekedar isu, maka Lembaga yang bertugas mengawal integritas Pejabat, dapat memberikan keterangan dan meluruskannya.
Maklum, sekarang ini kita hidup ditengah “kebenaran baru”, dimana suatu isu yang tidak berdasar, bisa saja dianggap benar, manakala dihembuskan tanpa pertanggungjawaban, lalu digoreng sedemikian rupa, dan kemudian menjadi viral di Media Sosial. Saat sudah menjadi viral dan tidak ada klarifikasi langsung dari yang bersangkutan, saat itulah “kebenaran baru” muncul. Kebenaran yang hanya disebabkan oleh viralnya suatu persoalan, bukan karena bukti atau hasil temuan.
Betapa jahatnya suatu “kebenaran baru”, karena dapat menghukum dan mengadili seseorang secara sosial, sebelum bukti, fakta dan temuan lainnya menjadi dasar dalam memberikan sanksi atau hukuman.
Klarifikasi yang dilakukan Maman, merupakan bentuk integritas dan komitmen tinggi, terkait tuduhan potensi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Seorang Pejabat negyara. Tindakan ini layak menjadi contoh positif bagi seluruh Pejabat, sebab penyalahgunaan wewenang, seringkali dianggap biasa dan wajar. Padahal, penyalahgunaan wewenang, bagian dari malaadministrasi dan berpotensi korupsi.
Kalau seoryang Pejabat sensitif terhadap penyalahgunaan wewenang, berarti moralitas, komitmen dan integritas Pejabat tersebut, layak menjadi contoh. Betapa banyak pejaybat tidak bisa membedakan antara Privat dengan Publik. Antara fasilitas Negara dengan fasilitas pribadi. Bahkan, sudah dianggap biasa dan lajim, ketika Seorang Pejabat berkuasa, seluruh Keluarga, Sanak Famili dan Handai Taulannya, turut menikmati fasilitas yang melekat pada Pejabat tersebut. Bahkan tidak jarang meminta perlakuan khusus dan keistimewaan layaknya Sang Pejabat.
Klarifikasi yang dilakukan Maman, suatu komitmen yang layak diapresiasi. Namun bersamaan itu, penyelidikan dan pendalaman lebih jauh dari Lembaga-lembaga Pengawal Integritas, harus tetap dilakukan, sehingga Warga tidak hidup dan termakan “kebenaran baru”, yang belum tentu benar sepenuhnya. Padahal “kebenaran baru” tersebut telah mengadili, memberi sanksi dan hukuman secara sepihak. (nm)
Tags
headline